Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

 Refleksi Dwi Mingguan Modul 1
Oleh Firdaus Ria Herlambang


Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL) 

Description

Pendidikan guru Penggerak adalah salah satu program yang menciptakan guru dengan pembelajaran yang mengacu pada filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara,dengan tujuan guru mampu menjadi penggerak yang menggerakkan lingkungan sekitar dengan proses pembelajaran yang merdeka belajar,berpusat pada siswa dan menciptakan Profil Pelajar Pancasila.

Program guru penggerak angkatan 5 diawali dengan Pembukaan Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 5. Saya mengikuti Pembukaan PGP Angkatan 5 secara daring melalui Youtobe dan zoom oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia pada tanggal 18 Mei 2022.

Adapun kegiatan luring dimulai  dengan lokakarya orientasi yang dilaksanakan pada tanggal Sabtu 21 Mei 2022 di Hotel Nuanza Bekasi. dan pendampingan 1 oleh Guru Praktik pada tanggal 6 Juni 2022

Sedangkan kegiatan daringnya dimulai dengan mengerjakan modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara dimulai dari 
1.1.a.3. Mulai dari diri yang memuat harapan dan ekspektasi mengikuti PGP angkatan 5
1.1.a.4  Eksplorasi konsep pemikiran KHD
1.1.a.5. Ruang kolaborasi menyamakan konsep dan pemikiran CGP dengan fasilitator mengenai filosofi KHD
1.1.a.6. Demonstrasi kontekstual dalam bentuk puisi mengenai filosofi KHD
1.1.a.7. Elaborasi pemahaman dengan Instruktur Ibu Reni Nurhapsari pada tanggal 31 Mei 2022
1.1.a.8  Koneksi Antar Materi
1,1,a,9. Aksi nyata / Penerapan Modul 1




Examination

Sebelum mempelajari modul 1.1 pembelajaran yang saya laksanakan adalah suatu pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan hampir tidak memperhatikan kebahagian murid saat melaksanakan pembelajaran. Aspek yang dikejar bukanlah kompetensi murid yang tepat guna sesuai kebutuhan lingkungan dan zaman namun hanya berpatokan terhadap nilai pengetahuan di rapor dan ketercapaian KD/materi.

Namun setelah mempelajari modul 1.1 ini saya seperti mendapat tamparan dimana betapa pemikiran KHD yang muncul pada awal abad 20an ternyata merupakan pondasi pendidikan yang paling berkearifan lokal serta tetap relevan dengan perubahan zaman.


Articulation of Learning

Adapun tindakan yang segera akan saya laksanakan agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD adalah menciptakan suatu suasana pembelajaran yang menyenakan untuk murid namun tidak melupakan kompetensi kreatifitas, kolaborasi, komunikasi dan berpikir, serta menumbuhkembangkan pembiasaan pendidikan budi pekerti.

 Contoh nyata dalam pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran berbasis permainan rakyat seperti kasti dimana murid akan sangat senang dengan permainannya namun juga melatih raga serta dituntut untuk bernalar kritis dan cepat dalam mengambil keputusan untuk memenangkan permainan.

 Seperti pemikiran KHD yang mengibaratkan tempat/pendidikan/sekolah adalah ibarat taman, dimana taman adalah tempat bermain yang memberikan kebahgiaan bagi setiap insan yang berkunjung, begitu halnya dengan sekolah. Sekolah harus didesign sebagai tempat yang menyenangkan dan membahagiakan sbagi setiap orang yang berada di dalamnya, baik itu siswa, guru maupun warga sekolah lainnya.

Adapun  hal yang terbersit di pemikiran saya dalam mengimplementasikan pemikiran KHD adalah :

  • 1.       Membuat survey non kognitif dan kognitif untuk mengetahui profile murid sehingga dapat ditentukan strategi/metode/model pembelajaran
  • 2.       Merancang pembelajaran berpusat pada murid dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dan kooperatif untuk membentuk kemampuan kolaboratif dan komunikasi
  • 3.       Murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan minat dan potensinya (pendidikan yang berdiferensiasi)
  • 4.       Proses pembelajaran tidak hanya dikelas tetapi dapat dilaksanakan di luar kelas (outdoor learning) dengan beragam aktivitas, seperti: bermain peran, percobaan, mengukur lapangan, membuat proyek dan lain-lain.
  • 5.       Pembelajaran memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan

 

  Adapun  tantangan yang mungkin dihadapi dan solusi

  • 1.       Murid belum terbiasa dengan aktivitas pembelajaran konsep ‘merdeka belajar’ berbasis budaya lokal. Solusinya: membangun kesepakatan kelas dan memberikan scaffolding oleh guru
  • 2.       Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran merdeka belajar berbasis budaya lokal. Solusinya dapat bekerjasama dengan pihak/mitra lain (masyarakat)
  • 3.       Proses pembelajaran merdeka belajar akan kompleks dan memerlukan waktu yang lama sehingga capaian kurikulum tidak tercapai. Solusinya : kolaborasi antar guru mata pelajaran.

Comments

Popular posts from this blog

Tahapan menciptakan Program Kebajikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2