KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.A.8
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Assalamualaikum wr.wb.
Perkenalkan nama saya Firdaus Ria Herlambang, Calon Guru Penggerak Angkatan 5
Kabupaten Bekasi dari SMP Negeri 4
Babelan Kabupaten Bekasi. Saya ucapkan
terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing, mengarahkan dan
memberikan support kepada saya yaitu Ibu Harlina Nursiamti dan juga kepada Pengajar Praktik saya Ibu Sinta
Prama Dewi. Dalam tulisan ini
perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.8 terkait
Pengambilan Keputusan Berbasis NIlai Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.
Pemahaman Inti
- Sekolah adalah ‘institusi moral’,
yang dirancang untuk mengajarkan norma-norma sosial.
- Keputusan-keputusan yang diambil di
sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah
tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga
sekolah.
- Pendidik adalah teladan bagi murid
untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
- Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan
diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita
ambil karena tidak ada keputusan yang mengakomodasi seluruh kepentingan
para pemangku kepentingan.
Koneksi Antar Materi
Berikut
adalah Panduan Pertanyaan dan jawaban untuk membuat Rangkuman
Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
1. Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?
Filosofi
Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar
dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa
sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik
kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan
karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun
karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau
mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai
pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan
filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.
2. Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap
guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.
Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan
pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nilai-nilai
yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang
tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut
merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang
menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan
rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada
dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita
berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Keputusan
tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang
dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan
kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang
mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Nilai-nilai
positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid
adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan
berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana
kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi
'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching
adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang
sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang
lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa
yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep
coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah
konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan
yang kita ambil.
Pembimbingan
yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan
model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut
guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan
coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih
merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan
dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model
GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan):
coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi
coaching ini,
Reality (Hal-hal
yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan):
coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi
yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan
untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T :
Tujuan
I :
Identifikasi
R :
Rencana aksi
TA:
Tanggung jawab
4. Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Sebagai
seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya
belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan
pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing.
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan
murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan
agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan
dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas
maupun di sekolah.
5. Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Keberpihakan
dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang
mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang
mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan
tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika
ataukah bujukan moral.
Seorang
pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral
dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai
yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam
mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif
maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan
dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan
kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung
hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu
bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif,
kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong
guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran,
benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat
merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
6. Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan
keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat
dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat
melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut,
maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan
dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Selanjutnya,
apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Jawaban
saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya
sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem
yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang
tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah
berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan
yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul
banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
8. Dan
pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Menurut
pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil,
apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang
metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang
sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid
dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi
dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak
kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka
kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid
tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
9. Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika
guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang
memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan
belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil
keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka
akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat
dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan
yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi
apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di
masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak
diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan
murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan
yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat
belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan
pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi
proses dan diferensiasi produk.
10.Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda
tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Kesimplan
yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul
sebelumnya adalah :
Pengambilan
keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai
pemimpin pembelajaran.
Pengambilan
keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang
akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam
pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam
perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan
bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan
pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar
keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Demikian
koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin
Pembelajaran, semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment