Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.4

 Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.4

Oleh Firdaus Ria Herlambang

CGP Angkatan 5 Kabupaten Bekasi


Pada jurnal dwi mingguan modul 1.4 ini penulis akan menggunakan metode : Connection, challenge, concept, change (4C)

Connection

Keterkaitan materi ini sangat erat dimana pada modul 1.4 tentang Budaya Positif saya semakin menyadari bahwasanya kita memiliki peran yang sangat penting, kita diharapkan nantinya akan bisa menjadi seorang pemimpin pembelajaran di ekosistem sekolah masing-masing dengan mengajak warga sekolah untuk berkolaborasi untuk menciptakan pendidikan yang berpihak kepada anak dengan langkah awal adalah dengan menciptakan visi yang jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan langkah BAGJA yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk ekosistem pendidikan khusunya untuk murid-murid.

Di sekolah saya berperan aktif dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak dengan membentuk komunitas praktisi di sekolah. Tentunya dukungan awal berasal dari Kepala sekolah serta rekan sejawat yang ada di sekolah.

Membuat keyakinan kelas pada awal pembelajaran. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak yang saya miliki adalah berpihak pada murid. Saya juga sudah berbagi ilmu dan diskusi dengan rekan sejawat terkait keyakinan kelas beserta dengan nilai-nilai kebajikan, harapan saya mereka juga bisa menerapkannya daam pembelajaran.

Menerapkan disiplin positif, dengan menanamkan motivasi intrinsik bahwa mereka melakukan disiplin positif bukan karena takut dihukum atau untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain tapi apa yang mereka kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.

Posisi kontrol yang saya lakukan pada setiap masalah murid adalah sebagai manager, dimana saya berusaha menyelesaikan masalah dengan melakukan kolaborasi  bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.  Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran KHD bahwa salah satu tugas guru adalah untuk menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.

Chalange

Pada Modul 1.4 ini saya saya seperti ditampar terutama saat saya mempelajari materi segitiga restitusi dimana sebelum saya mempelajari materi di modul 1.4 saya tidak memahami posisi kontrol dalam membentuk budaya positif. Sebelumnya saya banyak memposisiskan diri sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah berdasarkan pengalaman masa lalu saya. 

Sebagai guru untuk mewujudkan disiplin positif yang berpihak kepada murid maka kita diharapkan mampu menjalankan posisi control manager. Posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Murid kita ajak  untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.

Concept

Disiplin positif merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita. Sebelum mempelajari Modul 1.4 saya beranggapan bahwa disiplin sangat erat hubungannya dengan tata tertib, peraturan dan hukuman padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Kita cenderung menghubungkan kata 'disiplin' dengan ketidaknyamanan.

Ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. yaitu :

· Penghukum

· Pembuat rasa bersalah

· Teman

· Pemantau

· Manager

Sebagai guru untuk mewujudkan disiplin positif yang berpihak kepada murid maka kita diharapkan mampu menjalankan posisi control manager. Posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Murid kita ajak  untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.

Lima Kebutuhan Dasar Manusia

Dengan memahami konsep 5 kebutuhan dasar, kita dapat mengarahkan murid untuk mencari cara positif untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kita dapat membimbing murid menemukan solusi atas permasalahannya sendiri karena ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Keyakinan Kelas

Siswa akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan melalui nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan keyakinan kelas adalah sebagai berikut :

  • Keyakinan kelas bersifat lebih 'abstrak' daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
  • Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
  • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
  • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
  • Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
  • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.

Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka , sehingga bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Sedangkan segitiga restitusi adalah sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi. Langkah-langkah segitiga restitusi adalah :

Change

Perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah mendapatkan materi pada modul 1.4 ini adalah saya merasa bahagia dan merasa tertantang untuk selalu menerapkan budaya positif di sekolah saya dan menularkannya ke komunitas praktisi yang ada di sekolah saya. Saya merasa lebih bisa mengontrol diri dan yang pasti saya sebagai guru merasa lebih disayangi oleh murid-murid saya daripada sebelumnya.

Hal-hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah bagaimana menciptakan kerjasama yang baik antara murid, guru, rekan sejawat, pemangku kepentingan dan orang tua sehingga budaya positif ini dapat berlangsung secara berkelanjutan.





Comments

Popular posts from this blog

Tahapan menciptakan Program Kebajikan

Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2