Tugas Modul 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
Tugas Modul 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
Oleh Firdaus Ria Herlambang
CGP Angkatan 5 Kabupaten Bekasi
Buatlah sebuah kesimpulan mengenai
peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan
konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman
dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan
keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki
Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
Pada Modul 1 dengan mempelajari mulai dari Modul 1.1 tentang
Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3
tentang Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 tentang Budaya Positif saya semakin menyadari
bahwasanya kita memiliki peran yang sangat penting, kita diharapkan nantinya
akan bisa menjadi seorang pemimpin pembelajaran di ekosistem sekolah
masing-masing dengan mengajak warga sekolah untuk berkolaborasi untuk
menciptakan pendidikan yang
berpihak kepada anak dengan langkah awal adalah dengan menciptakan visi yang
jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan langkah
BAGJA yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA
pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk ekosistem pendidikan
khusunya untuk murid-murid.
Di
sekolah saya berperan aktif dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan
menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol
restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya
dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru
Penggerak, serta Visi Guru Penggerak dengan membentuk komunitas praktisi di
sekolah. Tentunya dukungan awal berasal dari Kepala sekolah serta rekan sejawat
yang ada di sekolah.
Membuat keyakinan
kelas pada awal pembelajaran. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara
tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak yang saya miliki
adalah berpihak pada murid. Saya juga sudah berbagi ilmu dan diskusi dengan
rekan sejawat terkait keyakinan kelas beserta dengan nilai-nilai kebajikan,
harapan saya mereka juga bisa menerapkannya daam pembelajaran.
Menerapkan disiplin
positif, dengan menanamkan motivasi intrinsik bahwa mereka melakukan disiplin
positif bukan karena takut dihukum atau untuk mendapatkan penghargaan dari
orang lain tapi apa yang mereka kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri dan
orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.
Posisi kontrol yang saya
lakukan pada setiap masalah murid adalah sebagai manager, dimana saya berusaha menyelesaikan
masalah dengan melakukan kolaborasi bersama dengan murid, mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat
menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
konsep pemikiran KHD bahwa salah satu tugas guru adalah untuk menuntun murid
sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.
Bila terjadi
permasalahan murid yang berlanjut saya akan mengadakan segitiga restitusi, yang
terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, supaya murid mempunyai rasa
percaya diri setelah melakukan kesalahan, validasi tindakan yang salah, supaya
murid dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah dilakukan dan dapat
mengambil solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya, kemudian tahap yang
ketiga adalah menanyakan keyakinan kelas, supaya murid mengingat kembali
keyakinan kelas dan berjanji untuk selalu melaksanakan keyakinan kelas
tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar, kemudian
sesuai dengan nilai Guru Penggerak berpihak pada murid, dan refleksi, serta
sesuai dengan peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin pembelajaran, dan tentunya
mencapai visi Guru penggerak yaitu merdeka belajar.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti
yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori
kontrol, teori motivasi, hukuman dan
penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan
segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Disiplin positif
merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan
di sekolah-sekolah kita. Sebelum mempelajari Modul 1.4 saya beranggapan bahwa
disiplin sangat erat hubungannya dengan tata tertib, peraturan dan hukuman
padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak
harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir
dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Kita cenderung menghubungkan kata
'disiplin' dengan ketidaknyamanan.
Ada 5 posisi
kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan
kontrol. yaitu :
- · Penghukum
- ·
Pembuat rasa bersalah
- ·
Teman
- ·
Pemantau
- ·
Manager
Sebagai guru untuk
mewujudkan disiplin positif yang berpihak kepada murid maka kita diharapkan
mampu menjalankan posisi control manager. Posisi di mana guru berbuat
sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya
sendiri. Murid kita ajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun
kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat
konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki
kesalahan yang ada.
Lima Kebutuhan Dasar Manusia
Dengan memahami konsep
5 kebutuhan dasar, kita dapat mengarahkan murid untuk mencari cara positif
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kita dapat membimbing murid menemukan
solusi atas permasalahannya sendiri karena ketika seorang murid melakukan suatu
perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar
peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
Keyakinan
Kelas
Siswa akan lebih
tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar
mengikuti serangkaian peraturan melalui nilai-nilai kebajikan yang mereka
yakini. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan keyakinan
kelas adalah sebagai berikut :
- ·
Keyakinan kelas
bersifat lebih 'abstrak' daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
- ·
Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal.
- ·
Pernyataan keyakinan
kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
- · Keyakinan kelas
hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua
warga kelas.
- ·
Keyakinan kelas
sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
- ·
Semua warga kelas
hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan
curah pendapat.
- ·
Bersedia meninjau
kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Segitiga Restitusi
·
Restitusi adalah
proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka ,
sehingga bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.
Sedangkan segitiga restitusi adalah sebuah tahapan untuk memudahkan para guru
dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan
restitusi.
·
Langkah-langkah
segitiga restitusi adalah :
Adapun hal-hal yang
menarik dan di luar dugaan saya adalah bahwa adanya korelasi atau hubungan
antara pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan pembentukan disiplin positif
melalui nilai-nilai kebajikan yang diyakini (keyakinan kelas).
Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam
menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari
modul ini?
·
Bahwa untuk
menciptakan budaya positif maka kita harus bisa menumbuhkan disiplin positif
pada murid dari motivasi intrinsicnya bukan melalui hukuman atau penghargaan.
·
Bahwa murid yang
melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau
melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi
kebutuhan dasar mereka. Maka sebagai guru kita harus mengambil peran control
manager agar dapat membantu murid untuk mendapatkan solusi atas permasalahannya
melalui langkah segitiga restitusi.
Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait
penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas
maupun sekolah Anda?
Awalnya murid-murid saya merasa
aneh dengan perubahan saya terutama dalam menyelesaikan masalah murid, tapi
setelah saya menerapkan budaya positif di sekolah saya yaitu dengan membuat
keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi, saya merasa murid lebih
antusias dan aktif dalam pembelajaran. Murid menjadi lebih percaya diri dan
disiplin dalam menjalankan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini tanpa
paksaan.
Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal
tersebut?
Saya merasa bahagia dan
merasa tertantang untuk selalu menerapkan budaya positif di sekolah saya dan
menularkannya ke komunitas praktisi yang ada di sekolah saya. Saya merasa lebih
bisa mengontrol diri dan yang pasti saya sebagai guru merasa lebih disayangi
oleh murid-murid saya daripada sebelumnya.
Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan
konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu
diperbaiki?
Setelah menerapkan
konsep-konsep budaya positif dalam pembelajaran, hal yang sudah baik menurut
saya adalah sudah mulai munculnya motivasi intrinsic pada urid untuk
melaksanaka budaya positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang
diyakininya.
Yang perlu diperbaiki adalah bagaimana langkah guru dalam menanamkan nilai kepada murid bahwa mereka melakukan disiplin positif untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain, bukan untuk menghindari hukuman atau mendaptkan penghargaan.
Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan
murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda
pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul
ini, posisi apa yang Anda pakai, dan
bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Dulu saya sering
memposisikan diri sebagai penghukum dan pemantau. Menurut saya saat itu bahwa
dengan memberikan hukuman saat murid melanggar kesepakatan adalah cara yang
paling efektif dalam menangani kasus indisipliner, harapan saya mereka tidak
mengulanginya kembali. Tapi ternyata terulang lagi dan lagi. Setelah
mempelajari modul 1.4 mulai sekarang dan ke depannya saya ingin menjadikan
peran saya sebagai seorang manager dalam menyelesaikan masalah murid. Sekarang
saya merasa lebih bisa mengontrol emosi dan bahagia karena bisa membimbing
siswa agar dapat menemukan solusi sendiri atas permasalahan mereka. Perbedaan
yang paling mencolok adalah dari segi emosi guru dan respon murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap
mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Dalam mengatasi
pemasalahan murid kadang saya secara tidak sadar sudah menerapkang langkah
segitiga restitusi, terutama dalam menstabilkan identitas dan memvalidasi
tindakan yang salah tetapi saya belum menanyakan keyakinan agar murid dapat
menanamkan nilai-nilai kebajikan dalam dirinya sehingga ke depannya murid tidak
akan mengulangi kesalahannya kembali.
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini,
adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses
menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal-hal lain yang penting
untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan
kelas maupun sekolah adalah bagaimana menciptakan kerjasama yang baik antara
murid, guru, rekan sejawat, pemangku kepentingan dan orang tua sehingga budaya
positif ini dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Comments
Post a Comment