KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Saat menemui anak-murid yang mengalami kesulitan, terkadang
naluri guru untuk membantu murid-muridnya pun tumbuh dan berkembang. Sebagai
seorang guru kadang kita tergoda untuk membantu memecahkan permasalahan yang
mereka lami. Bahkan terkadang guru menjadi gemas dan berkeinginan sesegera
mungkin mencarikan solusi bagi permaslahan anak-anak muridnya.
Namun, setelah belajar materi Coaching ini saya mengetahui bahwa
dengan memberikan kemudahan-kemudahan bagi mereka untuk memecahkan permasalahan
mereka bukanlah hal yang baik. Mereka harus diajarkan dan dibimbing untuk mampu
memecahkan permasalahannya sendiri. Dengan begitu anak-anak murid diharapkan
menjadi insan yang tangguh dalam menjalani kehidupan.
Dalam modul 2.3 ini tentang Coaching untuk supervisi akademik
dijelaskan perbedaan antara coaching, konseling, dan mentoring. Coaching
merupakan suatu usaha yang dilakukan coach dalam mendampingi coacheenya untuk
menemukan masalah. Dalam hal ini seorang coach akan mengajukan berbagai
pertanyaan berbobot kepada coacheenya guna mengarahkan kepada pemecahan
masalahnya. Disini seorang coach bertindak untuk mengembangkan kemampuan
coacheenya. Sementara itu, Konseling merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mencari tahu akar permasalahan dari si klien yang
melakukan diskusi atau curhat kepadanya. Sedangkan mentoring merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh seorang mentor dalam memberikan tips atau cara yang mungkin dianggap tepat
untuk menyelesaikan masalah dari seorang menteenya.
Pada modul 1.1 tentang filosofi Ki hajar Dewantara telah
dijelaskan bahwa Pendidik berarti juga penuntun. Seorang penuntun akan menuntun
setiap anak didik sesuai dengan kodratnyamasing-masing, yakni berdasarkan
kodrat zaman dan kodrat alamnya. Selain itu, dalam filosofi Ki Hajar Dewantara
pun diterangkan pula tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami
pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu
pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid).
Pendampingan yang dihayati dan dimaknai secara utuh oleh seorang guru,
sejatinya menciptakan ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri) dalam proses
menuntun kekuatan kodrat anak (murid sebagai coachee). ARTI sebagai prinsip
yang harus dipegang ketika melakukan pendampingan kepada murid.
Dengan coaching, sebagai seorang guru, kita akan mampu
memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak didik kita.Sebab Coaching
ini memberi ruang kebebasan dan bereksplorasi mengenai hal-ahal yang ada dalam
pikiran anak didik kita. Meningkatkan kualitas komunikasi mereka, dapat melatih
mereka untuk berbicara dan menceritakan apa saja yang sudah mereka lakukan.
Selain itu, mereka juga diajarkan untuk berpendapat, hingga akhirnya mereka
akan mampu memecahkan permasalahan yang sedangmereka hadapi. Coaching ini
bukanlah suatu kegiatan untuk sekedar curah pendapat saja ngobrol yang tidak
tentu arah. Tetapi Coaching lebih kepada proses pembelajaran. Coaching sebuah
proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis dimana coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi bagi coachee.
Selanjutnya pada modul 1.2 tentang Nilai dan peran guru
penggerak menjelaskan bahwa setiap Guru penggerak haruslah memiliki peran dan
nilai. Salah satunya adalah dapat bermanfaat bagi rekan sejawat dan mampu menggerakkan komunitas. Dalam
mendukung nilai dan peranan guru penggerak tersebut, kegiatan Coaching ini juga
dapat menjadi salah satu ruh yang ada dalam peranan guru penggerak. Sebab dalam
kegiatan coaching sendiri ada empat aspek pendukung yakni: Komunikasi asertif,
Pendengar aktif, Pertanyaan efektif, dan Umpan Balik Positif. Keempatnya ini
merupakan keterampilan penting yang harus di kuasai Coach dalam proses
Coaching. Artinya kompentensi-kompetensi tersebut sangatlah sesuai dengan peranan
guru penggerak.
Selanjutnya pada modul 1.3 mengenai visi guru penggerak
dijlaskan bahwa seorangguru penggerak haruslah memiliki visi dan misi untuk
melakukan perubahan dalam lingungannya. Naik dalam lingkungan kelas yang dia
ajar atau lingungan sekolah.
Pada modul 1.4 tentang budaya positif, salah satu materi yang
sangat menarik adalah teknik restitusi. Restitusi merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk mempositifkan perilaku anak-anak didik
dalam lingkungan belajarnya. Restitusi dilakukan dengan tujuan suatu permasalah
yang terjadi adiantara anak-anak didik dapat terselesaikan dengan baik tanpa
melukai hai satu sama lain. Jika kita melihat posisi fungsi kontrol guru, maka
seorang pendidik bertindak sebagai Manajer dan bukan sebagai pembuat rasa
bersalah apalagi penghukum. Siswa atau coachee merasa dirinya sebagai
pembelajar sehingga ketika ada sebuah masalah, coach membantu dan menuatkan
coachee dalam menemukan solusi permasalahannya tersebut tanpa rasa terluka.
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdifernsiasi dijelaskan
bahwa setiap orang itu istimewa. Setiap anak memiliki perbedaan cara dan
kecepatan dalam belajar. Dengan demikian seorang guru harus mampu memberikan
hak belajar yang sama kepada setiap siswa. Guru dapat menerapkan Teknik
Scaffolding atau pendampingan khusus kepada siswa yang di anggap kurang dalam
belajarnya. Seperti kesiapan belajar yang rendah dan kecepatan memahami materi
pelajaran yang juga rendah. Selain itu, Teknik Coaching pun dapat
membantu para siswa yang mendapat scaffolding tersebut. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran akan berajalan sesuai dengan yangdiharapkan.
Adapun teknik Coaching yang terkenal adalah coaching dengan
teknik TIRTA yakni akronim dari beberapa hal yaitu: 'T' untuk Tujuan Utama,
'I' untuk Identifikasi masalah, 'R'untuk Rencana Aksi, 'TA'untuk Tanggung
Jawab. Keempat hal ini harus digunakan dalam proses mendampingi coachee. Selain
itu seorang ciach pun harus memenuhi tigakriteria utamaseorang coach yaitu
kehadiran penuh, mendengarkandengan rasa, dan memberikan pertanyaa-pertanyaan
berbobot. Dengan demikian proses pengidentifikasian masalah akan semakin
signifikan dan tepat sasaran. Sehingga rencana Aksi jadi mudah dirumuskan. Dan
solusi pemecahan masalah dapat ditemukan.
Pada Modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional den
Konsep sosial emosional. Dijelaskan bahwa seseorang haruslah dalam keadaam
kesadaran penuh atau mindfullness untuk menyadari emosi yang sedang ia rasakan.
Dengan demikian orang tersebut dapat membuat keputusan dengan jauh lebih baik
dari sebelumnya. Selain Pengenalan emosi, Pengelolaan diri yang baik juga
penting. Hal ini dapat dilakukan dalam hal pengelolaan waktu ataudisiplin.
Kesadaran sosial seperti empathi juga sangatlah penting untuk dipelajari. Hal
ini dilakukan guna menyadarkan bahwa diri bukanlah satu-satunya orang yang
punya masalah atau hambatan dalam belajar.
Dengan demikian Keterampilan sosial ini sangat membutuhkan latihan sebagai wujud resiliensi
seseorang dalam memecahkan masalahnya. Dalam teknik Coaching ada tanggung jawab
dimana komitmen harus di lakukan. Dengan tujuan aksi nyata dari apa yang akan
ia lakukan dalam coaching dapat terealisasi dengan baik.
Saat menemui anak-murid yang mengalami kesulitan, terkadang
naluri guru untuk membantu murid-muridnya pun tumbuh dan berkembang. Sebagai
seorang guru kadang kita tergoda untuk membantu memecahkan permasalahan yang
mereka lami. Bahkan terkadang guru menjadi gemas dan berkeinginan sesegera
mungkin mencarikan solusi bagi permaslahan anak-anak muridnya.
Namun, setelah belajar materi Coaching ini saya mengetahui bahwa
dengan memberikan kemudahan-kemudahan bagi mereka untuk memecahkan permasalahan
mereka bukanlah hal yang baik. Mereka harus diajarkan dan dibimbing untuk mampu
memecahkan permasalahannya sendiri. Dengan begitu anak-anak murid diharapkan
menjadi insan yang tangguh dalam menjalani kehidupan.
Dalam modul 2.3 ini tentang Coaching untuk supervisi akademik
dijelaskan perbedaan antara coaching, konseling, dan mentoring. Coaching
merupakan suatu usaha yang dilakukan coach dalam mendampingi coacheenya untuk
menemukan masalah. Dalam hal ini seorang coach akan mengajukan berbagai
pertanyaan berbobot kepada coacheenya guna mengarahkan kepada pemecahan
masalahnya. Disini seorang coach bertindak untuk mengembangkan kemampuan
coacheenya. Sementara itu, Konseling merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mencari tahu akar permasalahan dari si klien yang
melakukan diskusi atau curhat kepadanya. Sedangkan mentoring merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh seorang mentor dalam memberikan tips atau cara yang mungkin dianggap tepat
untuk menyelesaikan masalah dari seorang menteenya.
Pada modul 1.1 tentang filosofi Ki hajar Dewantara telah
dijelaskan bahwa Pendidik berarti juga penuntun. Seorang penuntun akan menuntun
setiap anak didik sesuai dengan kodratnyamasing-masing, yakni berdasarkan
kodrat zaman dan kodrat alamnya. Selain itu, dalam filosofi Ki Hajar Dewantara
pun diterangkan pula tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami
pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu
pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid).
Pendampingan yang dihayati dan dimaknai secara utuh oleh seorang guru,
sejatinya menciptakan ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri) dalam proses
menuntun kekuatan kodrat anak (murid sebagai coachee). ARTI sebagai prinsip
yang harus dipegang ketika melakukan pendampingan kepada murid.
Dengan coaching, sebagai seorang guru, kita akan mampu
memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak didik kita.Sebab Coaching
ini memberi ruang kebebasan dan bereksplorasi mengenai hal-ahal yang ada dalam
pikiran anak didik kita. Meningkatkan kualitas komunikasi mereka, dapat melatih
mereka untuk berbicara dan menceritakan apa saja yang sudah mereka lakukan.
Selain itu, mereka juga diajarkan untuk berpendapat, hingga akhirnya mereka
akan mampu memecahkan permasalahan yang sedangmereka hadapi. Coaching ini
bukanlah suatu kegiatan untuk sekedar curah pendapat saja ngobrol yang tidak
tentu arah. Tetapi Coaching lebih kepada proses pembelajaran. Coaching sebuah
proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis dimana coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi bagi coachee.
Selanjutnya pada modul 1.2 tentang Nilai dan peran guru
penggerak menjelaskan bahwa setiap Guru penggerak haruslah memiliki peran dan
nilai. Salah satunya adalah dapat bermanfaat bagi rekan sejawat dan mampu menggerakkan komunitas. Dalam
mendukung nilai dan peranan guru penggerak tersebut, kegiatan Coaching ini juga
dapat menjadi salah satu ruh yang ada dalam peranan guru penggerak. Sebab dalam
kegiatan coaching sendiri ada empat aspek pendukung yakni: Komunikasi asertif,
Pendengar aktif, Pertanyaan efektif, dan Umpan Balik Positif. Keempatnya ini
merupakan keterampilan penting yang harus di kuasai Coach dalam proses
Coaching. Artinya kompentensi-kompetensi tersebut sangatlah sesuai dengan peranan
guru penggerak.
Selanjutnya pada modul 1.3 mengenai visi guru penggerak
dijlaskan bahwa seorangguru penggerak haruslah memiliki visi dan misi untuk
melakukan perubahan dalam lingungannya. Naik dalam lingkungan kelas yang dia
ajar atau lingungan sekolah.
Pada modul 1.4 tentang budaya positif, salah satu materi yang
sangat menarik adalah teknik restitusi. Restitusi merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk mempositifkan perilaku anak-anak didik
dalam lingkungan belajarnya. Restitusi dilakukan dengan tujuan suatu permasalah
yang terjadi adiantara anak-anak didik dapat terselesaikan dengan baik tanpa
melukai hai satu sama lain. Jika kita melihat posisi fungsi kontrol guru, maka
seorang pendidik bertindak sebagai Manajer dan bukan sebagai pembuat rasa
bersalah apalagi penghukum. Siswa atau coachee merasa dirinya sebagai
pembelajar sehingga ketika ada sebuah masalah, coach membantu dan menuatkan
coachee dalam menemukan solusi permasalahannya tersebut tanpa rasa terluka.
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdifernsiasi dijelaskan
bahwa setiap orang itu istimewa. Setiap anak memiliki perbedaan cara dan
kecepatan dalam belajar. Dengan demikian seorang guru harus mampu memberikan
hak belajar yang sama kepada setiap siswa. Guru dapat menerapkan Teknik
Scaffolding atau pendampingan khusus kepada siswa yang di anggap kurang dalam
belajarnya. Seperti kesiapan belajar yang rendah dan kecepatan memahami materi
pelajaran yang juga rendah. Selain itu, Teknik Coaching pun dapat
membantu para siswa yang mendapat scaffolding tersebut. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran akan berajalan sesuai dengan yangdiharapkan.
Adapun teknik Coaching yang terkenal adalah coaching dengan
teknik TIRTA yakni akronim dari beberapa hal yaitu: 'T' untuk Tujuan Utama,
'I' untuk Identifikasi masalah, 'R'untuk Rencana Aksi, 'TA'untuk Tanggung
Jawab. Keempat hal ini harus digunakan dalam proses mendampingi coachee. Selain
itu seorang ciach pun harus memenuhi tigakriteria utamaseorang coach yaitu
kehadiran penuh, mendengarkandengan rasa, dan memberikan pertanyaa-pertanyaan
berbobot. Dengan demikian proses pengidentifikasian masalah akan semakin
signifikan dan tepat sasaran. Sehingga rencana Aksi jadi mudah dirumuskan. Dan
solusi pemecahan masalah dapat ditemukan.
Pada Modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional den
Konsep sosial emosional. Dijelaskan bahwa seseorang haruslah dalam keadaam
kesadaran penuh atau mindfullness untuk menyadari emosi yang sedang ia rasakan.
Dengan demikian orang tersebut dapat membuat keputusan dengan jauh lebih baik
dari sebelumnya. Selain Pengenalan emosi, Pengelolaan diri yang baik juga
penting. Hal ini dapat dilakukan dalam hal pengelolaan waktu ataudisiplin.
Kesadaran sosial seperti empathi juga sangatlah penting untuk dipelajari. Hal
ini dilakukan guna menyadarkan bahwa diri bukanlah satu-satunya orang yang
punya masalah atau hambatan dalam belajar.
Dengan demikian Keterampilan sosial ini sangat membutuhkan latihan sebagai wujud resiliensi
seseorang dalam memecahkan masalahnya. Dalam teknik Coaching ada tanggung jawab
dimana komitmen harus di lakukan. Dengan tujuan aksi nyata dari apa yang akan
ia lakukan dalam coaching dapat terealisasi dengan baik.
Comments
Post a Comment